Selama 2016, sebuah eksperimen konten aku lakukan di KampusUNJ.com hingga pertumbuhan pengguna mencapai 1900%. Setelah eksperimen berakhir, tercatat masih ada pertumbuhan hingga 86% selama 2017.
Kenapa itu terjadi? Apa faktor pendukungnya?
Lewat artikel ini, aku mencari jawabannya. Namun, sebelum memaparkan data pertumbuhannya, mari kita menyamakan persepsi dari definisi pertumbuhan pengguna.
Definisi pertumbuhan pengguna
Idealnya, pertumbuhan KampusUNJ.com dihitung dari dampak sosialnya, atau yang lebih spesifik, seperti:
- Kemudahan akses informasi pendidikan tinggi.
- Jumlah pendaftar mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta.
- Jumlah pendaftar ke lembaga pendidikan tinggi.
- Tingkat minat kuliah ke luar negeri.
- Jumlah mahasiswa yang kuliah di luar negeri.
Namun karena keterbatasan sumber daya, pertumbuhan hanya dihitung dari jumlah pengguna. Sebagai media, subscriber atau aku menyebutnya pembaca VIP adalah pengguna KampusUNJ.com
Mengapa tidak hanya melihat kunjungan (traffic) sebagai parameter?
Tujuanku tak hanya agar dikunjungi jutaan orang. KampusUNJ.com dibangun sebagai referensi terbaik dan terpercaya untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya di UNJ. Ada misi sosial dan berkelanjutan (sustainable), yang ingin aku pastikan tercapai. Caranya dengan memastikan kualitas konten konsisten dan membaik.
Secara umum, kualitas tulisan dinilai dengan menganalisa hubungan antara:
- Tujuan tulisan.
- Respon pembaca.
Banyak satuan ukur yang menunjukkan respon pembaca. Bias yang kerap terjadi adalah hanya menganggap total like, share atau visit sebagai refleksi kualitas konten.
Oleh karena itu aku memilih subscriber sebagai parameter respon pembaca. Keuntungan dari parameter ini bukan hanya menghindari bias, tetapi juga membuatku memiliki komunitas pembaca yang bisa dikontak dengan mudah.
Pertumbuhan pengguna sebesar 86%
Eksperimenku selama 2016 menunjukkan bahwa membuat konten berkualitas tanpa dukungan kuat SEO eksternal, mampu menghasikan pertumbuhan pembaca yang signifikan. Memasuki 2017, aku menyetop eksperimen tersebut dengan alasan tujuannya tercapai.
70 artikel dibuat di tahun 2016, sedangkan selama 2017 hanya 9 artikel, dengan komposisi tiga konten organik dan enam konten berbayar.
1900% peningkatan atau sekitar 1.800 pengguna baru tercatat selama 2016, sedangkan pada tahun 2017 turun menjadi 86%, tetapi jumlahnya berbeda tipis sekitar 1.700 pembaca baru.
Data yang menarik bukan? Secara persentase, pertumbuhannya turun signifikan, tetapi angka sebenarnya tidak terlampau jauh. Fakta ini merumuskan sebuah hipotesa, bahwa:
Hipotesa I: kuantitas artikel tidak linear dengan jumlah pengguna baru.
Faktor pertumbuhan pengguna
Untuk dapat diklasifikasi sebagai pengguna, seorang pengunjung KampusUNJ.com harus berlangganan (subscribe) konten dengan mendaftarkan email, dan melakukan konfirmasi.
Walaupun formulir berlangganan (subscribe form) terlampir di sebagian besar artikel, tentu banyak faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengunjung untuk berlangganan. Salah satunya kualitas konten, dan yang lebih spesifik adalah pitch di tiap artikel.
Pitch
Dalam bahasa Inggris pitch berarti “nada”. Namun, di konteks konten atau copywriting, istilah pitch serupa dengan call to action; sebuah kata atau kalimat arahan/petunjuk terakhir bagi pengguna dari sebuah konten. Contohnya: dalam sebuah iklan, kita sering mendengar “Download sekarang” atau “Dapatkan di supermarket terdekat Anda”.
Dari bentuk dan penempatannya, pitch di KampusUNJ.com terbagi dua:
- Umum; tidak terikat pada artikel spesifik.
- Kontekstual; menjadi bagian dari sebuah artikel.
Pitch umum dapat ditemukan di luar halaman artikel; di halaman depan dengan tampilan:
Sedangkan pitch kontekstual, dibuat relevan karena merupakan bagian dari sebuah artikel. Contohnya:
Sayangnya, aku belum bisa merekap data bentuk pitch mana, dan dari artikel apa yang kontribusinya pada pertumbuhan lebih besar.
Selain dua bentuk di atas, pitch juga kulakukan melalui popup di seluruh halaman kecuali halaman depan. Popup hanya aktif dengan ketentuan:
- Muncul di detik ke-40.
- Muncul kembali 30 hari setelah kunjungan pertama.
Tak heran jika conversion yang terjadi melalui popup hanya 0.241% dari seluruh pengunjung. Namun, data ini bisa jadi kurang akurat karena tidak seluruh browser pengunjung memperbolehkan popup aktif.
Artikel terpopuler
Melihat 10 artikel terpopuler sepanjang 2017, hanya artikel peringkat pertama, kedua dan ketujuh yang memiliki pitch dengan bentuk kontekstual.
Dugaanku, ketiga artikel tersebut memegang andil besar pada pertumbuhan pengguna. Selama 2017, total kunjungan dari ketiga artikel mencapai 30% dari total pengunjung atau sekitar 262.000 kunjungan.
Jika diasumsikan hanya ketiga artikel ini yang berkontribusi, kekuatan konversinya (conversion) mencapai 1,3%.
Peringkat di hasil pencarian
Jika hipotesa I benar, maka pertumbuhan artikel dengan pengguna baru dapat dianalogikan seperti deret ukur.
Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkannya karena ada faktor waktu yang belum diketahui. Seberapa lama sebuah artikel dapat terus berkontribusi menambah jumlah pengguna? Atau pertanyaan yang lebih teknikal; seberapa lama sebuah website dapat masuk jajaran teratas hasil pencarian Google?
Untuk mengetahuinya, aku coba membandingkan data kunjungan sepanjang waktu dari dua artikel terpopuler sepanjang masa:
Kedua data menunjukkan tren kunjungan relatif stabil setelah satu tahun. Perbedaannya, artikel pertama mengalami penurunan signifikan menjelang awal 2017.
Asumsinya, ada penurunan posisi peringkat di hasil pencarian yang memengaruhi jumlah kunjungan, karena lebih dari 80% kunjungan berasal dari organic search. Sayangnya, aku belum bisa membandingkan kedudukan peringkat kedua artikel di sebelum dan setelah Januari 2017.
Yang menarik, historical search volume dari kata kunci kedua artikel menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan. Potensi kunjungan artikel kedua hanya sepersepuluh artikel pertama.
Dengan tingkat kompetisi paid keyword kedua kata kunci rendah, artinya pertarungan sebenarnya terjadi di organic keyword.
Kesimpulan
Banyak variabel yang saling terkait dalam mencari faktor pertumbuhan pengguna. Walaupun dengan data yang belum lengkap, hipotesa, dugaan dan beragam asumsi, aku bisa menyimpulkan beberapa jawaban:
- Kuantitas konten tidak selalu linear dengan jumlah kunjungan.
- Konten dapat terus menghasilkan kunjungan hingga setahun setelah terbit.
- Konten dengan topik yang search volume-nya rendah bisa menguntungkan di jangka panjang.
Semoga bermanfaat.