Salam,
Tulisan ini akan memberi kalian gambaran subjektif dari pengalamanku selama satu tahun bekerja sebagai penulis di Traveloka.com.
Agustus 2014, selepas pekerjaanku di sebuah media online, aku banting setir, fokus belajar menulis. Mengapa? Karena aku memprediksi content marketing akan menjadi tren.
Sepanjang tahun 2015, marak bermunculan media online dan penutupan media abal-abal oleh pemerintah. Itu adalah bukti bahwa content marketing menjadi tren yang efektif menyebar pesan (baca: iklan) konspirasi.
Tertarik content marketing? Mungkin laporan kerjaku terdahulu yang berhasil meningkatkan pengunjung web hingga 500% dengan konten bisa bermanfaat.
Tapi pertanyaan besarnya, mengapa aku memilih Traveloka.com untuk belajar menulis? Bukankah lebih tepat jika aku belajar di perusahaan media seperti TEMPO, Kompas atau publishing company seperti Gagas Media.
Jika kalian mengetahui cara Traveloka.com melihat konten dan memperlakukan penulisnya, pasti kalian menyetujui keputusanku itu. Berikut 5 alasan Traveloka.com adalah perusahaan yang tepat bagi penulis.
1. Bukan perusahaan media tapi punya standar penulisan dan sistem editorial
Tolong beritahu aku kalau ada perusahaan di Indonesia yang memiliki editor dan standar penulisan tetapi tidak berada di bisnis media.
Aku yakin bukan hanya Traveloka.com yang memiliki editor dan standar penulisan. Contohnya, Wego, mereka bukan perusahaan media tetapi memanfaatkan konten sebagai alat berjualan.
Apa untungnya bekerja di perusahaan semi-media seperti itu? Fleksibilitas. Penulis Traveloka.com dibentuk bukan untuk menjadi penulis, tetapi content marketer.
Karena fokus bisnis Traveloka.com bukan di konten, maka kebutuhan pengetahuan yang diperlukan penulisnya bukan hanya menciptakan konten, tetapi juga memasarkan Traveloka.com melalui konten.
2. Memiliki visi mengubah penulisnya menjadi content marketer
Sesuai dengan resolusiku di 2014, aku mengukuhkan diriku untuk menjadi content marketer dan Traveloka.com terlihat bisa membantu mencapainya.
Setidaknya ada 3 bidang ilmu yang mesti dikuasai content marketer, yaitu: Email marketing, Search Engine Optimization dan Social Media Marketing.
Sekali lagi, karena fokus bisnis Traveloka.com bukanlah di konten maka kesempatan untuk belajar tiga bidang tersebut lebih besar. Apalagi Traveloka.com punya budaya startup sehingga sangat mungkin kita belajar hal di luar tulis-menulis.
3. Memiliki tim penulis dengan latar belakang berbeda-beda
Aku tidak akan memberi tahu profil tim penulis di Traveloka.com karena informasi macam itu sangat mudah ditemukan di internet.
Yang perlu kalian tahu, sebagian besar tim penulis di Traveloka.com memiliki latar pendidikan dan kualitas akademis tinggi. Hal itu menciptakan lingkungan kerja penuh argumentasi. Belum lagi jika kita harus kerjasama dengan tim lain, seperti di engineering atau SEO.
Umumnya, mereka adalah lulusan terbaik universitas atau punya pengalaman yang tidak dimiliki orang banyak.
4. Empati menjadi bahasan berminggu-minggu
Apa yang terjadi saat sekumpulan penulis membahas satu hal yang belum mereka ketahui? Diskusi terus-menerus.
Apa itu empati? Bagaimana memiliki empati? Dan pertanyaan-pertanyaan lain muncul dan terjawab di setiap kesempatan kami berdiskusi. Dan diskusi semacam ini bisa bertahan hingga berminggu-minggu.
Bukan cuma empati, tetapi juga hal lain mulai dari teknis penulisan hingga teori psikologi. Setiap minggu kami memiliki wadah berdiskusi bagi para penulis yang kami sebut Traveloka Writers Club.
5. Traveloka Writers Club
Nama Traveloka Writers Club terinspirasi dari film Freedom Writers. Setiap orang dari kami, melakukan presentasi dengan tema yang berbeda dan kemudian berdiskusi di bagian akhir acara.
Banyak hal bermanfaat dari klub ini dan aku sudah berencana untuk menuliskannya. Silakan ditunggu saja.
Tertarik menjadi penulis di Traveloka.com? Hubungi aku.