Pengalaman Baik Bekerja di Perusahaan Startup

Salam,

Sedikit ada keraguan untuk menulis artikel ini karena keobjektifan hasil tulisanku nanti. Tapi biarlah, demi spirit berbagi antar sesama kuputuskan untuk mendokumentasikan pengalamanku bekerja di sebuah startup company di bidang pasar online(marketplace).

Lebih dari 2 tahun aku mengabdikan diri, bereksperimen, merealisasikan ide dan ikut andil membenahi ‘semuanya’. Berawal dari hanya dua orang karyawan hingga kini berkembang menjadi puluhan orang melahirkan sistem birokrasi yang kurasa membunuh sebagian jiwa perusahaan.

Bekerja pada sebuah perusahaan startup mempunyai kelebihan tersendiri dibanding perusahaan besar semacam: Pertamina, Telkomsel atau bank skala nasional. Beberapa yang dapat kurangkum adalah:

Anti-Birokrasi
Di tempatku bekerja, birokrasi adalah musuh besar kami walau tidak(belum) tertulis di atas kertas; kami bekerja sesuai keahlian masing-masing dan berkolaborasi gabungkan ide serta pendapat dari semua orang. Tiap karyawan punya hak suara dan keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama, tidak ada birokrasi panjang untuk sekedar memperbaiki kesalahan penulisan, mengganti baterai jam dinding atau membunuh lalat yang berkeliaran.

Ladang Pengetahuan
Selalu ada hal baru yang terjadi pada sebuah perusahaan startup, dan hal baru tersebut yang mungkin tak banyak terjadi di korporasi besar skala nasional. Karena jumlah karyawan yang masih sedikit, maka kami dapat merasakan dan mengevaluasinya. Dari perubahan tersebut aku dapat belajar dan mengenal lebih dalam; hal yang tak diajarkan di kelas kuliah, dapat kupelajari di momen ini.

Fleksibilitas
Sebagai budak korporasi, tentu seorang karyawan terikat pada aturan dan ketentuan selama bekerja tapi hal tersebut tidak banyak terjadi di perusahaan startup. Walau beberapa memperlakukan karyawannya seperti institusi negeri, namun mereka pasti diberikan kenikmatan(perk) lain. Di tempatku bekerja, perk yang kurasakan adalah fleksibilitas jam datang ke kantor (bukan jam kerja). Kami(setidaknya diriku) sering bekerja lebih dari 10 jam perhari, bahkan selepas jam kantor(di rumah) aku tetap mengurusi hal pekerjaan.

Spirit Entrepreneur
Pada dasarnya semua perusahaan adalah hasil kerja para entrepreneur, dan yang aku suka adalah kenikmatan bekerja yang kurasakan sama seperti kenikmatan menjalankan bisnis yang pernah kurasakan. Keberhasilan perusahaan adalah bagian dari kesuksesanku, walau perasaan tersebut nampaknya akan kian terkikis seiring berkembangnya perusahaan yang mulai melepas predikat ‘startup‘.

Muda & Full-Passion
Tidak semua orang mau bekerja di sebuah perusahaan startup. Mengapa? umumnya karena ketidakjelasan masa depan perusahaan; terlebih lagi tidak ada kepastian model bisnisnya akan berhasil(baca: menguntungkan). Di jaman(yang katanya) sulit mencari pekerjaan, bekerja di perusahaan yang bonafit tentu jadi impian semua orang dibanding bekerja sukarela apalagi di perusahaan tak jelas(baca: startup).

Siklus finansial pada startup. sumber: wikipedia.org

Namun, justru inilah yang mengeliminasi orang-orang yang money oriented. Menyisakan orang ‘gila’ yang mau mengambil resiko kehilangan pekerjaan hanya untuk mendapat tantangan baru, dan mereka ini adalah anak muda yang berani dan belum punya banyak tanggung jawab (baca: keluarga).

Gaya Hidup Modern
Kini bekerja sebagai netpreneur atau entrepreneur tidak lagi memalukan, justru saat ini banyak sekali seminar dan workshop soal cara menjadi wirausahawan. Kini para mahasiswa tak malu lagi untuk berdagang sambil mengejar gelarnya. Dan itu semua punya gengsi yang sama seperti bekerja pada sebuah startup; pada kalangan tertentu, bekerja di startup memiliki nilai plus tersendiri apalagi jika kemudian terbukti sukses dan berkembang pesat.

Sekian tulisan bagian pertama, selanjutnya aku akan menuliskan kerugian atau resiko bekerja pada sebuah startup. Silakan follow twitterku @akhmadamal atau kirim email ke amal@agungcahyadi.com jika ingin berkomunikasi langsung denganku.

Simak bagian kedua dari tulisan ini yang membahas pengalaman buruk bekerja di perusahaan startup.

Sampai jumpa.