Teori “Golden Circle” Dan Perasaan Cinta

Salam,

Tulisan ini adalah hasil dari hati yang meracau saat kepala tak hentinya berlogika; daripada disalurkan pada sesuatu tak berguna lebih baik kita bagi-bagi saja.

Mungkin diantara kalian sudah mengetahui tentang teori/model/ide “Golden Circle” yang terkenal oleh Simon Sinek lewat presentasinya di TED September 2009 silam. Teori “Golden Circle” praktisnya menjelaskan bahwa untuk menjual produk dengan sukses bukan dimulai melalui fitur di dalamnya namun alasan diciptakannya produk tersebut.

Dalam presentasinya Simon Sinek memberi contoh Steve Job dengan produk Apple-nya; dia mengatakan bahwa konsumen membeli bukan(hanya) karena produknya yang inovatif melainkan ide dan sebab(Why) Steve Job menciptakan Apple.

Dengan kata lain, kita diharuskan pahami alasan dibalik kegiatan yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai; karena (menurut Simon Sinek) orang lain ‘membeli’ alasan kita berkegiatan bukan apa yang kita lakukan.

Setahuku memang belum ada riset ilmiah yang menunjukkan kebenaran teori ini, sehingga ada yang mengatakan “Golden Circle” hanyalah sebuah motivasi yang secara alamiah manusia melakukannya (WhyHowWhat) dalam mengambil keputusan.

Ada seorang psikoterapis berpendapat banyak orang terjebak mencari “Why” untuk menghubungkan ‘penyebab’ dan ‘akibat’ di kehidupannya. Dia pun menjelaskan bahwa Simon Sinek hanyalah menggunakan “Why” sebagai istilah yang sebenarnya mengarah pada pertanyaan soal “Passion” seseorang.

Aku pun nampaknya salah satu yang terjebak mengejar “Why” pada sebuah perasaan cinta. Ada yang bilang “Cinta itu buta”, menurutku itu karena si pelaku tidak menemukan “Why” dari perasaan cintanya(akibat).

Entah benar atau salah; cinta harusnya bisa dijelaskan lewat teori “Golden Circle”. Dengan tujuan mendapatkan seorang wanita, mestinya sang pria menemukan “Why” sesaat merasakan cinta sehingga menjelaskan semua perilaku spesialnya(How dan What) terhadap sang wanita.

Jika semua pria menggunakan teori “Golden Circle” dalam menyatakan cintanya, mungkin peluang cintanya diterima jadi lebih besar.

People don’t buy [love] what you do, they buy [love] why you do it. – Simon sinek
— Amal Agung Cahyadi (@akhmadamal) June 23, 2013

Begitu juga dari perspektif wanita, aku yakin mereka tidak asal memilih sang pria dari apa yang dilakukan namun dari kenapa mereka melakukannya. Contoh nyata adalah ada wanita yang gemar mengumpulkan struk transaksi atau tiket bioskop saat bersama kekasihnya.

Aku yakin cinta bisa dijelaskan secara logika walau berawal tanpanya. Teori lain yang bisa digunakan dalam hubungan cinta adalah konsep pemasaran AIDA(Attention – Interest – Desire – Action) walau terlihat sangat artifisial namun bisa kita(pria) pakai sebagai acuan strategi mendekati wanita.

Namun aku sendiri pun sekarang masih bingung apa yang menyebabkan(Why) perasaan cinta datang. Semakin dipikir semakin aku menolak adanya perasan cinta tapi aku masih percaya bahwa cinta bukan hanya antara sepasang pria dan wanita.

Semoga tulisan ini memberikan sedikit ilmu untuk kalian dan ketenangan buatku. Terima kasih.

Berikut video presentasi Simon Sinek tentang “Golden Circle”: