Cara Efektif Melakukan Validasi Ide Startup

Ada satu hal yang ingin saya bagikan, tapi bukan tentang metodenya.

Sebab TechinAsia sudah dengan baik merinci tahapan validasi startup. Selain itu, walau beberapa kali pernah melihat kompetisi startup (pitching), saya belum sukses mendirikan startup berulang-ulang.

Tiap melihat presentasi sebuah startup, saya selalu terpukau dengan besarnya nilai ekonomi dari calon konsumennya (pangsa pasar). Apalagi ketika dikaitkan proyeksi penjualannya. Rasanya seperti menemukan tambang emas!

Saya selalu yakin data hasil proyeksinya sedikit banyak masuk akal.

Namun, statistik bisa dilihat dari banyak perspektif, bahkan dapat menyesatkan.

Terlepas dari kutipan Mark Twain yang mendunia:

There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics.”

saya selalu coba mengingat Simpons’s Paradox tiap berhadapan data.

Ilustrasi Homer Simpson berkhayal melebihi fakta akibat alkohol.

Paradoks ini timbul ketika mencocokkan dua set data yang menunjukkan tren sama terhadap sesuatu.

Contoh:

  1. Rumah sakit A menyelamatkan 900 dari 1000 pasien (90%).
  2. Rumah sakit B menyelamatkan 800 dari 1000 pasien (80%).

Kesimpulan sementara, reputasi rumah sakit A lebih baik. Namun, akan mengejutkan ketika kita lebih berempati, dan menyadari pasien datang dengan kondisi berbeda-beda.

  1. Rumah sakit A:
    • menyelamatkan 30 dari 100 pasien kritis (30%).
    • menyelamatkan 870 dari 900 pasien normal (96%).
  2. Rumah sakit B:
    • menyelamatkan 210 dari 400 pasien kritis (52.5%).
    • menyelamatkan 590 dari 600 pasien normal (98.3%).

Kesimpulannya, harapan hidup pasien kritis ataupun normal di rumah sakit B lebih besar.

Walau paradoks ini kerap terjadi pada ilmu social-science dan medical-science, saya pikir tak ada salahnya berhati-hati pada konteks data apapun.

Video Mark Liddell dalam situs TED-Ed menjelaskan lebih rinci dengan contoh beragam tentang Simpson’s Paradox:

Terima kasih.

Simak jawaban saya tentang startup dan lainnya di Quora.