Salam,
Bukan tidak mungkin salah satu rahasia menjadi bahagia sepanjang hidup adalah dengan tidak bicara politik atau terlibat terlalu dalam. Dengan pertimbangan tersebut maka aku akan buat tulisan tentang politik ini sependek mungkin.
Dari dua pilihan calon presiden Indonesia, yaitu: Prabowo Subianto dan Joko Widodo hanya satu yang kunilai pantas kupilih. Bagaimana proses aku memilihnya? ijin aku menjelaskannya:
Menyambungkan Titik
Sebuah pidato Steve Jobs yang terkenal membahas tentang menyambungkan titik (connecting the dots). Konsep yang menurutku akan membuat kita senantiasa bersyukur pada apa yang kita terima hari ini dengan menelisik apa yang telah terjadi di masa lalu; terlepas baik atau buruk masa lalu tersebut.
Aku mengetahui sosok Prabowo Subianto melalui iklan tivi yang menjunjung positif namanya, sedangkan aku mengetahui sosok Joko Widodo melalui pemberitaan tivi yang juga sama-sama menjunjung.
SEO vs. SEM
Setelah itu aku makin sering mendengar nama kedua tokoh tersebut di media yang sama namun dalam konteks yang berbeda; jika Prabowo lebih sering terdengar dengan perhimpunan tani dan partai GERINDRA, sedangkan Joko lebih sering terdengar terkait mobil esemka dan pengangkatannya menjadi gubernur Jakarta.
Entah, apakah Joko punya rencana yang sangat strategik dan tim yang ambisius sehingga mampu mengendalikan media pemberitaan sejak dirinya masih di Solo hingga sekarang. Karena berita tentang dirinya cukup menarik perhatianku, yang lebih terlihat alamiah dibanding iklan buatan Prabowo.
Jika kita tahu ada SEO dan SEM, maka Joko seakan-akan lebih fokus menghamburkan uang pada SEO sedangkan Prabowo fokus ke SEM. Dan menurutku, melakukan SEO lebih sulit dibanding SEM walau keduanya patut dilakukan.
Prabowo atau Joko?
Dengan pengetahuan politikku yang cekak, sosok Joko lebih terlihat menjanjikan buatku karena titik (the dots) yang dia miliki dan terberitakan lewat media lebih bagus dibanding Prabowo. Andaikan Prabowo lebih menonjolkan tindak nyatanya setidaknya setahun terakhir sebelum maju jadi calon presiden, bukan tidak mungkin aku menilai dirinya sama seperti Joko.
Jadi, begitulah cara praktisku memilih calon presiden. Sekarang tinggal memikirkan bagaimana caranya menyingkirkan rasa malas untuk datang ke TPS nanti.
Terima kasih.