Salam,
Siapa yang tidak tahu hirarki Maslow?
Untuk mahasiswa ekonomi seperti diriku pasti tahu betul model ini. Teori yang menjelaskan tentang tingkatan kebutuhan manusia dalam klasifikasi dimulai dari tempat tinggal (primer) hingga eksistensi diri (tersier) di lingkungan sosial.
Hingga aku kuliah jurusan pemasaran tahun 2007 dulu, teori Maslow masih dijelaskan sebagai prinsip absolut tentang kebutuhan dan perilaku manusia namun faktanya teori ini tak lagi hakiki dengan kenyataan yang ada; bahkan ada yang berpendapat hirarki kebutuhan hanyalah kesimpulan pendapat dari Maslow itu sendiri.
Tak perlu diragukan, Abraham Maslow memang adalah seorang psikologi asal Amerika yang fokus pada ilmu psikologi humanistik dan aktualisasi diri manusia. Yang perlu diketahui adalah telah banyak perubahan dari hirarki kebutuhan sejak dicetuskan sekitar tahun 1940-1950; Maslow mengklasifikasikan tingkatan kebutuhan manusia menjadi 5 besar yaitu:
Dimulai dari dasar:
- Kebutuhan Dasar (Basic Needs)
- Keamanan (Safety Needs)
- Sosial (Social Needs)
- Penghormatan (Esteem Needs)
- Aktualisasi Diri (Self-Actualization)
Singkatnya, tiap manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya untuk memenuhi kebutuhan di atasnya. Menurut Maslow; seseorang tak akan percaya diri atas kemampuannya jika bermasalah dengan keluarganya atau jalinan keluarga akan terganggu saat seseorang kekurangan makanan dan tak punya tempat tinggal.
Dengan kata lain, tiap tingkatan kebutuhan adalah prasyarat kebutuhan di atasnya. Maslow mengatakan bahwa hanya satu dari ratusan orang di dunia yang mampu mencapai tingkatan Self-Actualization.
Pengembangan kedua: Kognitif & Astetik
Sekitar tahun 1970-an hirarki kebutuhan Maslow dilengkapi dengan kebutuhan kognitif dan astetik di bawah kebutuhan teratas; Self-Actualization. Sehingga hirarki kebutuhan bertambah menjadi 7 tingkatan, walaupun Maslow tidak menganggap 2 aspek terbaru ini menjadi sebuah tingkatan dari model 5 hirarkinya.
- Kognitif – kebutuhan atas ilmu pengetahuan.
- Astetik – kebutuhan atas kecantikan.
![]() |
klik pada gambar untuk lebih jelas. |
Pengembangan ketiga: Superior (Transcendence)
Hirarki kebutuhan kemudian dikembangkan lagi tahun 1990-an dengan menambahkan aspek Transcendence Needs menempati tingkat teratas melampai kebutuhan Self-Actualization. Kebutuhan ini spesial karena pada tingkatan ini dijelaskan bahwa seseorang butuh membantu orang lain mencapai tingkat Self-Actualization masing-masing.
![]() |
klik pada gambar untuk lebih jelas. |
Kritik Terhadap Hirarki Kebutuhan
Beberapa peneliti mempermasalahkan terhadap metodologi yang dipakai Maslow dalam merumuskan Hirarki Kebutuhan, tak heran karena sebuah teori seyogyanya dihasilkan dari penelitian dengan metodologi tepat terhadap subjek.
Berdasarkan catatan sejarah, Maslow menggunakan penelitian kualitatif terhadap 18 orang terpilih dengan metode yang disebut sebagai Biographical Analysis. Metode tersebut sangat rentan bias antara data yang diolah dengan opini subjektif sang peneliti, sehingga banyak peneliti yang bertentang dengan Maslow.
Selain itu, terdapat bias pada subjek yang Maslow teliti; 18 cendikiawan pria kulit putih dimana pada masa tersebut kesemuanya adalah golongan atas. Oleh karena itu Hirarki Kebutuhan masih diragukan untuk dipakai untuk mewakili semua kalangan masyarakat. Pada beberapa kasus, seseorang tentu saja dapat memperoleh rasa cinta dari orang lain walau dalam keadaan miskin (Safety Needs).
Dapat disimpulkan bahwa Hirarki Kebutuhan oleh Maslow bukanlah sebuah hirarki namun sebuah hipotesa dimana seseorang dapat memenuhi setiap kategori kebutuhan tanpa berurutan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Referensi: