Konsumen Cerdas Tak Selamanya Cerdas

Semakin tinggi daya beli seseorang maka semakin rendah kesadarannya tentang produk yang dibeli.
— Amal Agung Cahyadi (@akhmadamal) May 12, 2012

Minggu malam yang ramai disebuah tempat perbelanjaan prestige.

Di dalam sebuah toko sepatu yang penuh dengan produk hasil industri.

Seorang ayah setengah baya bersama anak lelaki yang meminta dengan nada melas.

Di samping tempatku berdiri diam melihat price tag yang terlalu kecil untuk angka yang besar.

Sepatu mungkin hal biasa saat industri bersusah payah menjadikannya tidak biasa.

Anak memilih warna dan hopla! keinginannya terwujud lewat ayah tanpa lihat harga.

Ini mungkin hal biasa tapi inilah tanda konsumen yang ada. Membeli tanpa tahu apa-apa.
Aku bukan ahli ilmu jadi cukup gunakan logika tuk pahami maksud dari tulisan ini.

Banyak yang bilang ‘Jadilah konsumen yang cerdas’ tapi apa sih pengertian cerdas itu? Kita samakan persepsi saja ya bahwa cerdas disini adalah mengetahui seluk-beluk produk/jasa yang dikonsumsinya.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen cerdas adalah sebuah tahapan kehidupan dimana manusia terlahir sebagai konsumen bodoh dan kemudian berubah menjadi cerdas. Sayangnya, aku tak setuju dengan kesimpulan ini.

Menurutku ‘konsumen cerdas’ itu kondisional, karena tweetku diatas: Semakin tinggi daya beli konsumen maka semakin rendah pengetahuan tentang produk/jasa yang dikonsumsinya. Setuju?

Biar kujelaskan, konsumen cenderung tak peduli terhadap produk/jasa yang harga jualnya dibawah daya belinya. Contoh: Mahasiswa cenderung peduli pada harga makanan yang dibelinya dibanding seorang karyawan di perusahaan.

Saat konsumen tidak peduli pada produk/jasa yang dikonsumsinya berarti ia berada pada kondisi bodoh dan begitu juga sebaliknya maka ia ada pada kondisi cerdas. Ini menjelaskan bahwa ‘konsumen cerdas’ adalah suatu kondisional dan bukan tahapan kehidupan.

Konsumen cerdas cuma saat daya belinya tak cukup tuk puaskan keinginan.
— Amal Agung Cahyadi (@akhmadamal) May 12, 2012

Saat keinginan tak terpuaskan oleh daya beli manusia maka ia akan cerdas dalam memilih produk/jasa yang penuhi kebutuhannya. Karena keinginan adalah bagian dari kebutuhan, pikirku.

Ketidak-pedulian konsumen berdaya-beli tinggi inilah yang dimanfaatkan industri kaum kapitalis. Tipikal.
— Amal Agung Cahyadi (@akhmadamal) May 12, 2012

Ada bagian dari masyarakat yang mempunyai daya beli sangat tinggi sehingga mereka cukup ‘bodoh’ dalam membelanjakan uangnya. Sehingga kaum kapitalis yang ada di industri bisa dengan mudah menawarkan produk murah berharga mahal.

Menurutku contoh yang representasikan keadaan ini adalah perusahaan Apple. Pasti banyak orang yang ingin punya salah satu produk Apple. Padahal, produk kompetitor lain punya spesifikasi teknis lebih tinggi dibanding produk dari Apple. Ini bukanlah ‘konsumen cerdas’ yang sesuai dengan persepsi kita diawal tulisan.

Daripada jadi konsumen cerdas, lebih baik pelajari cara produsen menjual. Sekian.
— Amal Agung Cahyadi (@akhmadamal) May 12, 2012

Jangan sampai kita terjebak kaum kapitalis tanpa sadar.