Mengapa dan Bagaimana KampusUNJ.com Dibangun?

Kembali ke tahun 2012, saat media sosial mulai marak di Indonesia, UNJ hadir di Twitter. Sebagai veteran, aku menyambutnya gembira. Namun, kenyataannya tak sesuai dugaanku.

Operasionalnya tidak konsisten. Bahkan, terlihat seperti ikut-ikutan eksis di media sosial dan tidak bersinergi dengan keseluruhan unit kerja kampus. Penilaian itu kusimpulkan berdasarkan pengalamanku bekerja di bidang media sosial serta tolak ukur kampus lainnya, misal Universitas Indonesia.

Menjelang penerimaan mahasiswa baru, UNJ menjadi salah satu topik yang paling dibicarakan di Twitter. Dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan diajukan ke akun Twitter resmi UNJ. Sayangnya, hanya sebagian kecil yang terjawab, itupun berjam-berjam kemudian.

Munculah inisiatif membuat @KampusUNJ, untuk mengarahkan semua pertanyaan tersebut ke sumber informasi yang tepat. Di tengah jalan, aku menemukan fakta lain di balik masalah ini.

 

Masalah sebenarnya

Alur informasi UNJ tidak bersinergi dengan seluruh kanal publikasinya. Banyak pengumuman penting hanya tercetak secara fisik, tetapi tidak terbit di website atau akun Twitter resminya. Sialnya, banyak informasi simpang siur di antara mahasiswa fakultas/jurusan.

Di kondisi tersebut, aku segera ubah operasional @KampusUNJ dari sebelumnya satu arah (meneruskan data) menjadi dua arah (mengumpulkan & mengonfirmasi data). Aku manfaatkan para calon mahasiswa yang notabene pengguna aktif media sosial, sebagai kontributor; setiap pertanyaan yang masuk dikonfirmasi oleh semua orang dan disimpan di @KampusUNJ.

Setelah dua tahun beroperasi, @KampusUNJ sempat dibekukan dua kali oleh Twitter selama berjam-jam, karena telah capai batas maksimum tweet harian. Dampaknya, ratusan calon mahasiswa kehilangan akses informasi.

Akhir tahun 2012, website KampusUNJ.com dibangun. Tujuannya, agar penyebaran informasi lebih efisien dan mencapai lebih banyak calon mahasiswa.

Fasilitas Blogger aku pilih sebagai hosting dengan beberapa alasan:

  1. Gratis.
  2. Dapat diandalkan karena bagian dari Google.
  3. Mampu melayani ratusan ribu kunjungan per hari.

 

Kampanye pemasaran

Karena perubahan operasional sebelumnya, KampusUNJ.com pun diisi oleh pembaca (user generated content) melalui proses kurasi. Beberapa kegiatan online diadakan untuk menjaga eksistensi dan antusias pembaca. Salah satunya #TugasKampus, sebuah kompetisi menulis dengan tema “Alasan masuk UNJ”.

Hasilnya terkumpul 6 tulisan panjang. Aku bangga. Untuk sebuah akun anonim, yang mengiming-iming hadiah kaos berlogo akun tersebut, para peserta lomba terbilang antusias.

Awal tahun 2016, bersamaan dengan komitmenku fokus di penulisan, aku memindahkan KampusUNJ.com ke hosting berbayar memakai WordPress.

Alasannya faktor finansial. KampusUNJ.com yang selama ini hidup bootstraping dari kantong pribadi, harus bisa hidup mandiri.

Berpegang prinsip tim konten Traveloka yang aku pelajari, penulisan konten KampusUNJ.com tidak boleh asal-asalan. Tiap konten harus membawa manfaat tanpa berbasa-basi. Prinsip inilah yang terbukti membawa KampusUNJ.com unggul dibanding media serupa lainnya.

 

Layaknya startup

Saat kubilang fokus di penulisan, aku tak sekadar menulis, tapi juga melakukan riset bisnis, editorial konten, hingga membandingkan mana yang memicu pertumbuhan mana yang tidak, persis layaknya perusahaan startup.

Pertumbuhan pelanggan KampusUNJ meningkat hingga 1900% selama setahun sejak 2016. Kunjungan terbilang stabil sepanjang 2017, walau aku tak agresif lagi.

 

Masalah berbeda

UNJ kini telah berbenah. Masalah yang dulu kuhadapi mungkin tak lagi relevan. Namun, KampusUNJ tetap beroperasi dengan alasan sama: memecahkan masalah pendidikan.

Namun, tantangan yang harus kujawab: Bagaimana caranya membuat operasional yang scalable. Atau, haruskah mengubah poros (pivot) demi dampak lebih besar. Bagaimana pendapatmu?

 

Semoga menginspirasi. Terima kasih.