Saya berasumsi tujuannya bukan mencari investor.
Sebab, ide startup perlu divalidasi terlebih dahulu.
Kecuali pekerjaan rumah Anda telah beres, dan ide bisnisnya terbukti diminati pangsa pasar, maka silakan cek DailySocial: daftar investor perusahaan teknologi di Indonesia, atau TechinAsia: 36 investor startup di Asia Tenggara.
Jika baru sekadar ide, maka tiada tempat “pitching” paling baik selain ke lokasi calon konsumen Anda berada.
Tujuannya, untuk memastikan produk/jasa Anda benar-benar menyelesaikan masalah dan orang lain mau membayarnya.
Baca: Bagaimana cara paling efektif melakukan validasi ide startup di Indonesia?
Namun tak berhenti di sana.
Saya pernah ikut berdiskusi dengan investor startup di Indonesia. Beliau mengaku, hampir setiap hari menerima email pitching ide startup, tapi hanya sedikit yang menarik.
Pasalnya, rata-rata pengirim belum memiliki prototipe produk, web atau aplikasinya, sehingga beliau sulit menilai sebuah ide.
Saran beliau, prototipe produk tidak perlu dibuat ideal seperti idenya. Sebuah mockup desain pun dinilai cukup.
Argumen serupa juga diungkap Eric Lies dalam bukunya, The Lean Startup. Beliau menyarankan startup membuat Minimum Viable Product (MVP), sebagai cara mengetahui keinginan konsumen.
MVP is designed not just to answer product design or technical questions. Its goal is to test fundamental business hypotheses.
Ilustrasi cara membuat minimum viable product.
Jika membuat MVP dinilai terlalu rumit, boleh saja mengacu pendapat pertama. Baru kemudian siapkan presentasi “pitching” Anda ke berbagai perusahaan investasi di Indonesia.
—
Terima kasih.