Bukti Bahwa Meningkatkan Kunjungan Hingga 5X Lipat Tanpa Google Itu Mungkin

Salam,

Aku ingin berbagi sesuatu yang cukup menakjubkan sepanjang karirku sebagai pemasar konten (content marketer). Tepat di awal bulan puasa, aku seperti mendapat apa yang kata orang ‘Berkah Ramadhan’ dan beberapa yang kupelajari dari momen tersebut akan kubagi lewat tulisan ini.

Jika sebelumnya aku berbagi cara meningkatkan jumlah kunjungan web hingga 300% dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, kali ini aku ingin ceritakan bahwa tanpa Google pun sebuah website bisa meningkatkan jumlah kunjungan hingga 5 kali lipat atau 500% melalui content marketing.

Search Engine (SEO) vs. Social Media vs. Email Marketing
Kita tentu paham bahwa dalam content marketing, keberadaan social media, search engine optimization (SEO) dan email marketing adalah tiga variabel yang punya pengaruh kuat dalam menentukan keberhasilan (meningkatkan kunjungan web). Namun mengoptimalkan ketiga variabel tersebut tidaklah murah apalagi untuk sebuah bisnis atau startup company yang baru berdiri.

Melakukan SEO terlihat lebih murah dibanding search engine marketing (SEM) tapi gaji ahli SEO pun tidaklah murah. Begitu juga untuk melakukan optimalisasi media sosial, butuh seorang strategis yang betul paham dunia digital dan tim yang kuat untuk sukses melakukan kampanye di media sosial. Email marketing pun butuh waktu lebih lama dan usaha lebih besar jika kita belum memiliki modal trafik cukup tinggi.Memang semua itu adalah sebuah kondisi ideal yang mesti dilakukan jika ingin melakukan content marketing secara serius. Dari pertimbangan tersebut maka sebuah UKM atau startup company perlu membuat keputusan tepat; sehingga pertanyaan yang mesti dijawab adalah:Variabel manakah yang mesti jadi fokus sebuah startup company?
Menurutku SEO, media sosial atau email marketing pada jangka pendek dapat dilakukan secara terpisah namun ketiganya mesti dilakukan bersama-sama pada jangka panjang. Sehingga tidak ada variabel yang lebih baik dilakukan lebih dahulu dibanding lainnya, tapi ada hal yang bisa jadi pertimbangan.

Search Engine Optimization (SEO)
Selain membutuhkan bantuan ahli SEO yang tidaklah murah upahnya, metode dari pengerjaan SEO pun seperti menanam biji mangga; butuh waktu yang lama untuk merasakan manis buahnya. Namun melakukan SEO adalah pondasi baik dalam mengembangkan bisnis online, karena search engine seperti Google adalah sumber trafik terbaik kala bisnis (website) belum memiliki audience tetap.

Media Sosial
Jika sebuah bisnis (website) telah memiliki kunjungan trafik yang tinggi dan audience tetap maka mengumpulkan fans melalui media sosial bukanlah hal yang sulit. Tapi mempunyai jumlah fans yang banyak di media sosial adalah percuma jika kita tidak dapat mengubahnya menjadi konsumen yang secara kontinu melakukan pembelian.

Di sinilah fungsi seorang social media strategist, menciptakan kampanye pemasaran di media sosial guna mengoptimalkan jumlah fans agar berubah menjadi konsumen. Dan inilah yang akan menjadi senjata rahasia buat kita meningkatkan kunjungan hingga berlipat-lipat tanpa Google.

Email Marketing
Bukan hal yang tidak mungkin mengumpulkan fans atau calon konsumen melalui email di masa awal sebuah bisnis tapi juga bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Konsepnya sama seperti mengumpulkan fans di media sosial, tidak akan berguna kita memiliki database ribuan email calon konsumen jika tidak mampu memanfaatkannya secara benar.

Melipat-gandakan Kunjungan Web Tanpa Google
Apa rahasianya? aku hanya memiliki konten yang tepat lalu menyebarkannya di waktu dan media yang tepat. Maka pertanyaan yang tepat adalah bagaimana menciptakan konten tepat guna dan di mana media penyebarannya?

Pertama biar kuperlihatkan grafik di atas adalah bukti peningkatan kunjungan web yang kudapatkan hingga mencapai 5X lipat dan percaya tidak percaya itu kudapat bukan dari search engine melainkan media sosial/referral.

Sesuai dengan judul artikel ini, tanpa search engine kita dapat meningkatkan kunjungan web hingga berkali-kali lipat melalui media lain. Sebab pengunjung datang tak melulu melalui search engine, tapi juga bisa datang melalui email, media sosial atau secara langsung (direct traffic).

Cukup sederhana bukan? Yang kulakukan hanyalah menyebar konten yang dibuat melalui media sosial dan kemudian BOOM! konten tersebut menjadi viral dan kunjungan web pun meningkat sampai server lewati batas bandwidth, karenanya grafik langsung terjun bebas di kemudian harinya.

Bagaimana cara membuat konten yang viral?
Banyak ahli yang telah menjawabnya, tapi aku pikir perlu menjawabnya melalui tulisan ini dari sudut pandang pengalamanku sendiri. Singkatnya, konten yang viral adalah konten yang sesuai dengan target audience hingga timbul rasa bangga menunjukkannya ke orang lain.

Dari definisi tersebut, yang perlu kita cari tahu adalah demografi target audience (pembaca) dan apa yang membuat mereka tertarik untuk membaca. Dalam kasusku, target pembacanya adalah murid SMA atau sederajat dan mahasiswa/i yang baru saja duduk di bangku kuliah. Kebanyakan dari mereka masih sangat bangga terhadap almamater sekolahnya, apalagi jika mendengar berita baik dari alamamaternya.

Selanjutnya aku dapat menyimpulkan bahwa konten seputar sekolah dan universitas akan lebih menarik dibanding artikel seputar tips umum. Kuberi contoh: “Sekolah Terbesih se-Indonesia”, “Universitas Negeri Jakarta Punya Gedung Baru” adalah judul artikel yang mudah menjadi viral dengan target pembacaku tersebut. FYI: Judul artikel seperti judul email, itu berpengaruh besar pada traffic.

Membuat konten yang viral tidak cukup dengan konteks yang heboh atau kontroversial, tapi juga sesuatu yang representasikan diri para pembaca. Berita tentang “UNJ Kebakaran” bisa menjadi viral, tapi berita soal “Lulusan UNJ Sering Menjadi Guru Terbaik di Sekolah” akan menjadi viral lebih lama karena konteksnya menyentuh diri tiap pembaca.

Pembaca akan rela menyebarkan sebuah konten jika konteksnya representasi positif dirinya sendiri; atau yang disebut narsis.

Media apakah yang tepat guna menciptakan viral?
Saat ini kupikir media sosial adalah tempat ideal untuk menciptakan gelombang viral; Facebook, Twitter atau Path sekalipun yang notabene media sosial privat dapat menciptakan efek viral. Masih ingat kasus tentang Dinda si Anak Kereta? Itu adalah bukti gelombang viral dapat tersebar hingga lintas media.

Namun aku memilih Facebook sebagai media publikasi sebab algoritmanya yang mudah untuk menciptakan gelombang viral. Konsepnya, Facebook akan selalu memperlihatkan sebuah konten di news feed pengguna jika konten tersebut banyak direkomendasikan (shared) oleh orang lain tanpa melihat waktu publikasinya.

Berbeda dengan timeline (news feed) Twitter yang pakai konsep real-time dimana seluruh tweet ditampilkan berurutan sesuai waktu posting. Sehingga kita perlu me-tweet ulang konten jika ingin terus tampil di timeline pembaca.

Dengan algoritma Facebook tersebut, mestinya waktu posting bukanlah hal krusial namun patut diperhatikan; misalnya lakukan publikasi di tengah malam dan tengah siang akan mendapat jumlah respon yang berbeda karena jelas di malam hari tidak semua pembaca masih bangun kan? intinya, pilih waktu publikasi dimana target pembaca kita banyak berkumpul.

Terima kasih telah meluangkan waktu membaca tulisanku, jangan lupa baca tulisanku sebelumnya tentang pemasaran digital dan email marketing sebab banyak penjelasan di tulisan ini yang telah kubahas detil di tulisan sebelumnya.

Semoga bermanfaat.